Tuesday, June 9, 2015

Lowongan Pekerjaan





DIBUTUHKAN SEGERA
Marketing / Sales : Freelance / Tetap
Khusus Area: Jakarta & Tangerang

Sistem Komisi: 5jt-10jt/Bulan + Jenjang Karir (Belum Termasuk Bonus)

Persyaratan:
Rajin, Jujur, Bertanggung Jawab
Memiliki Jiwa Pengusaha / Entrepreneur
Max. Usia 40 tahun
Min. Pendidikan Terakhir SMU / Sederajat
Berpenampilan Menarik

Kirimkan CV dan foto diri ke: Huang.anton84@gmail.com
atau hubungi: Anton - 0817 647 2028 atau 0819 0862 0209
*Hanya kandidat terpilih yang akan kami hubungi untuk interview


Wednesday, May 20, 2015

Asuransi Jiwa, itu perlu atau tidak sih?

Selamat pagi teman!

Baru saja saya membaca sebuah blog yang sangat kontradiktif mengenai asuransi, dimana penulis menilai tidak perlu yang namanya asuransi. Selain itu, banyak juga kontradiktif lain yang berkata: Orang kaya tidak perlu punya asuransi, dan daripada beli asuransi di cicil sampai 10,15, 20 tahun lebih baik dibelikan aset lain (properti, emas, saham dll) atau dibukakan usaha, saya masih muda, tidak akan sakit berat dan banyak lainnya.

Sebetulnya, dari sisi perencana keuangan yang saya pelajari, asuransi adalah sebuah alat bantu untuk mempermudah kita dalam mengelola resiko hidup secara finansial. Disini kita akan kupas mengenai wealth protection (proteksi kekayaan) berdasarkan manajemen resiko yang dihadapi. Resiko hidup seseorang sendiri ada 2 macam: Resiko yang bisa kita atur dan resiko yang tidak bisa kita atur.

Sumber: tempo.co

Resiko yang bisa kita atur
Memang ada resiko yang bisa kita atur? Ya, ada. Seperti contoh mengelola keuangan..apakah ingin semua dibelanjakan untuk hura-hura atau hepi-hepi atau travelling? Atau ingin semua digunakan untuk modal usaha atau hanya sebagian? Semua itu sah-sah saja..namun, apakah bijak dalam mengelolanya? Salah satunya resiko teledor dalam mengelola uang tanpa management resiko adalah kebangkrutan / bangkrut yang mana akan berujung pada kesehatan finansial dan berakhir pada problem keluarga. Biasanya, masalah keluarga terbesar dipicu dari masalah finansial tentang biaya anak, biaya hidup, biaya pensiun dll.

Sumber: hopewesto.org


Resiko yang tidak bisa kita atur
Sebagai makhluk Tuhan, kita percaya bahwa manusia dilahirkan maka akan tua dan meninggal dunia. Ketika seorang ibu hamil, dan akan melahirkan (resiko kehamilan, adalah resiko yang telah di sepakati bersama) dokter akan mengetahui kira-kira kapan ibu akan melahirkan. Namun, ketika kita mulai dilahirkan (dari bayi sampai dewasa dan tua) kita langsung menempel resiko sakit, cacat, kecelakaan bahkan meninggal dunia. Resiko inilah yang tidak bisa kita atur, mungkin kita berkata dalam hati..Kalau saya berhati-hati, menjaga hidup sehat bahkan sangat amat hati-hati..saya semoga akan terhindar dari ini. Sayangnya, untuk hal-hal seperti sakit, cacat, kecelakaan bahkan meninggal dunia resiko ini tetap tidak bisa kita atur. 

Coba yuk, kita kupas sedikit.. Contoh: sakit, di dalam dunia yang berubah secara iklim dan 'global warming', polusi tinggi berdampak pada pengurangan populasi binatang (serangga, bakteri dll) tertentu yang berakibat pada penambahan populasi tertentu (ingat dulu pelajaran IPA SD, tentang rantai makanan?) dan perkembangbiakan bahkan mutasi genetik pada beberapa jenis binatang agar mereka tetap bertahan hidup. Khususnya bakteri dan virus, mereka akan mencoba berubah dengan mekanisme pertahanan diri baru setiap kali ada perubahan iklim dan kekebalan baru dalam tubuh kita apabila menyerang manusia dan di masukkan obat. Seperti virus flu, setiap beberapa saat virus ini terus bermutasi semakin ganas dan kompleks. Belum lagi pola makan dan pola hidup kita yang semakin modern, semakin 'instant' berbeda dengan zaman nenek-kakek kita yang serba organik, tidak polusi dan kaya akan olah fisik + juga kita terpapar polusi (asap kendaraan, rokok, banjir dll). Di dalam keadaan dunia yang sangat tidak pasti, sakit (seperti DBD, tifus, kolera bahkan kanker, stroke dll) tidak dapat kita hindari. Apalagi kematian, kalau Tuhan berkehendak dan memanggil pulang kita.. apa bisa kita menolak? Bahkan dokter, tidak dapat tahu kapan seseorang akan meninggal.

Karena ada resiko yang tidak bisa kita atur seperti ini, maka secara finansial kita perlu menyiapkan dana untuk manajemen resiko ini agar kita terhindar dari kebangkrutan apabila terjadi kematian prematur (terlalu cepat meninggal), tiba-tiba sakit parah dll. Memang, yang ada di pasaran sekarang adalah asuransi sebagai alat bantu untuk melindungi aset dan kekayaan kita pada saat terjadi resiko, simpelnya untuk mengalihkan resiko. 

Memiliki asuransi itu bukan berarti kita takut akan resiko dan mendoakan kita terkena resiko atau bahkan mendahului Tuhan. Justru karena kita tidak tahu kapan akan terjadi resiko, kita bisa menghindari sakit dengan hidup sehat dan olahraga teratur, tetapi adakah yang bisa menghindari kita dari kemiskinan karena resiko? Apabila anda memiliki asuransi, maka resiko itu ditanggung oleh perusahaan asuransi.

Apabila anda, tetap tidak mau dan tidak perlu asuransi..sisihkanlah uang anda di sebuah instrumen keuangan lain yang likuid (bukan properti, saham, usaha dsb - tetapi deposito dan rekening tabungan) ke kantung dana darurat dan resiko. Hal ini sama seperti konsep asuransi, namun kelemahannya apabila resiko itu datang tiba-tiba, sudah siapkah anda secara keuangan?

Nah, menurut kamu asuransi jiwa itu perlu atau tidak sih? Silahkan Anda jawab sendiri. :)

Have a nice day!




Tukang Sampah yang menjadi Presiden

Saat Sekolah. Sumber: NPR.org
Terlahir di keluarga yang sangat miskin di Osaka, Jepang tahun 1941. Sepanjang hari ia harus mengisi perutnya dengan ampas gandum hasil meminta di pabrik penyulingan minuman. Ketika remaja, ia menjadi pedagang asongan; pengasong makanan murahan dan es krim, yang kemudian menjadi buruh bangunan.

Namun, meski sangat miskin dan hidup serba kekurangan, ia memiliki tekad yang sangat kuat untuk merubah hidup menjadi lebih baik. Maka ia belajar dengan tekun dan keras untuk menempuh pendidikan tinggi, melalui beasiswa SMA. Karena kegigihannya, ia memiliki prestasi yang bagus sehingga ia diterima di Universitas Korea. Untuk membayar kuliahnya, ia bekerja sebagai tukang sapu jalan. Karena menjadi anggota dewan mahasiswa yang terlibat aksi demo anti pemerintah, ia dikenai hukuman penjara percobaan pada tahun 1964.

Saat protes tahun 1964. Sumber: NYTimes.com
Karena pernah dipenjara, saat lulus dan mau bekerja di Hyundai, ia hampir tidak diterima bekerja karena perusahaan khawatir pemerintah akan marah karena menerima pegawai yang pernah di penjara gara-gara menjadi aktivis anti pemerintah. Akhirnya ia menulis surat pada pemerintah. Isi suratnya sangat menyentuh hati sekretaris presiden sehingga pemerintah balik menulis surat ke Hyundai agar mau menerimanya.

Di depan Kantor Hyundai Thailand, awal tahun 1960-an. Sumber: NPR.org
Ketika bekerja di Hyundai, kemampuannya mengundang kagum petinggi Hyundai sehingga karirnya terus melesat dan menduduki posisi tertinggi di divisi konstruksi walau ia baru bekerja selama 10 tahun.. Ia berhasil memimpin divisi yang dipimpinnya menjadi pencetak uang. Setelah 30 tahun di Hyundai, ia mengajukan diri menjadi anggota dewan tahun 1992.  Pada tahun 2002, ia terpilih menjadi walikota Seoul. Saat menjadi walikota, ia tetaplah orang yang rendah hati dan sangat pekerja keras. Saat ada pemilihan presiden Korea Selatan, ia mengajukan diri menjadi kandidat presiden sehingga pada tahun 2007 lalu ia terpilih menjadi presiden Korea Selatan.

Lee Myung Bak dan istri. Sumber: Reuters.com


Ia adalah Lee Myung Bak, seorang yang berasal dari keluarga yang sangat miskin, dimulai dari mimpi yang besar untuk merubah nasib hidupnya dan tekad yang kuat untuk mencapai sukses dengan kerja keras dan kesungguhan. Lee Myung Bak adalah contoh nyata bahwa setiap orang bisa merubah nasibnya. Kemiskinan dan latar belakang yang kurang baik bukanlah alasan untuk tidak bisa sukses.